PadaJanuari-September 2021, Gajah Tunggal laba Rp 15,5 miliar, berbanding terbalik dari periode sama tahun lalu yang merugi Rp 113,5 miliar. Akan menggenjot penjualan melalui jalur digital. Datadata mengenai Ukuran Cakar Ayam Rumah 1 Lantai. Ukuran besi pondasi rumah 2 lantai. Mau tanya saya membangun rumah 3 lantai uk 8126m dan lantai 4nya 46mx8m fondasi 1m dgnlbr bgn bawah1 meter bgn atas 50cm cakar ayam 1x1m ketebalan cakar 30cm dgn cor k250 kedlaman 15m tapi besi cakarx yg 12mm atau 12kurus pjg 12m apa bangunan saya ini kuat bahanbaku gula pasir. 5. Berdasarkan Sifat. Menurut sifatnya, sumber daya alam dapat dibagi 3, yaitu sebagai berikut : a. Sumber daya alam yang terbarukan (renewable), misalnya: hewan, tumbuhan, mikroba, air, dan tanah. Disebut terbarukan karena dapat melakukan reproduksi dan memiliki aya regenerasi (pulih kembali). HargaBan Gajah Tunggal Ukuran 1000 Murah. salah satu toko online terkemuka yang ada di Indonesia dan saat ini Ralali juga telah menjadi salah satu toko penjual ban Gajah Tunggal ukuran 1000 murah terbaik di Indonesia. Ralali.com menjual ban Gajah Tunggal ukuran 1000 di Indonesia dengan kualitas barang yang selalu terjamin. 0800-17:00. Jumat. . Sabtu. 08:00-17:00. MInggu. 08:00-15:00. Silahkan kunjungi bengkel resmi Bridgestone yang terdekat di kota Anda untuk melakukan perawatan ataupun penggantian suku cadang mobil. Untuk penggantian ban, direkomendasikan agar Anda mencari tipe dan harga ban mobil melalui website resmi TOMOnet. Jugaada ban Gajah Tunggal. "Ditjen PEN sudah mengindentifikasi dan memetakan produk-produk lokal yang punya kekuatan pasar di beberapa negara. Ini salah satu cara mendorong menjadi merek global. Tentu tantangannya, produk itu harus kompetitif, diterima pasar, dan ada keuntungannya," ujar dia. distributor, dan selera konsumen. Hermawan AhYHp. Ada terobosan baru yang sedang dilakukan PT Gajah Tunggal Tbk. Pemain utama ban kendaraan bermotor di Tanah Air ini hendak menggenjot penjualan melalui jalur digital. Lantaran itu, perusahaan yang dulu dibangun oleh konglomerat Sjamsul Nursalim ini menggandeng Gtech Digital Co Ltd. Partner baru Gajah Tunggal ini akan membangun sistem integrasi untuk penjualan dan pemasaran. Gtech Digital juga menganalisis, merancang, mengembangkan, melakukan penyesuaian, serta memasang perangkat keras dan perangkat lunak. Perjanjian kedua korporasi ini pun meliputi integrasi sistem aplikasi seperti software e-commerce dan omni channe, termasuk terkait sistem manajemen pesanan dan manajemen informasi produk untuk satu tahun pertama. Gajah Tunggal merogoh kocek US$ 295 ribu atau setara Rp 4,2 miliar untuk imbal jasa tersebut. “Perseroan memerlukan bantuan teknis terkait produk dimaksud, yang telah dikembangkan Gtech,” kata Direktur Gajah Tunggal Kisyuwono dalam keterbukaan informasi, Kamis, 11 November 2021. Sehingga, “Perseroan dapat segera menjalankan sistem integrasi kegiatan penjualan dan pemasaran.” Di tengah rencana terobosan itu, Gajah Tunggal sukses membalik neraca keuangannya dari negatif menjadi positif tahun ini. Selama periode Januari-September 2021, Gajah Tunggal membukukan laba Rp 15,5 miliar, berbanding terbalik dari periode yang sama tahun lalu yang merugi Rp 113,5 miliar, sebagaimana dilansir dari laporan keuangan perusahaan. Capaian positif tersebut diperoleh dari penjualan bersih yang naik 16,6 % menjadi Rp 11,2 triliun dari Rp 9,6 triliun. Meskipun begitu, beban pokok penjualan juga naik 21 % menjadi Rp 7,8 triliun. Gajah Tunggal KATADATA Bernard Chaniago KATADATA Bernard Chaniago Gajah Tunggal Lahir dari Ban Sepeda Didirikan pada 24 Agustus 1951, Gajah Tunggal memulai bisnisnya dengan memproduksi ban sepeda. Putaran roda bisnis terus digiring bertahun-tahun dengan memperluas kapasitas produksi dan diversifikasi ke pembuatan ban sepeda motor dan ban dalam. Dengan bantuan teknik dari Inoue Rubber Company milik Jepang, Gajah Tunggal mulai memproduksi ban sepeda motor di 1971. Sepuluh tahun kemudian, perusahaan mulai membuat ban bias untuk penumpang dan kendaraan komersial dengan bantuan teknik dari Yokohama Rubber Company, Jepang. Masih berlanjut, pada 1993 perusahaan mulai memproduksi dan menjual ban radial untuk mobil penumpang dan truk ringan. Menempati kantor pusat di Jakarta, kini perusahaan -yang sahamnya dikoleksi pelaku pasar Lo Kheng Hong- tersebut menjadi pemasok dan memproduksi ban untuk kendaraan penumpang mobil, kendaraan niaga truk, sepeda motor, hingga low cost green car. Beberapa partner usaha Gajah Tunggal yakni Proton, Mitsubishi, Mercedes-Benz, Kawasaki, dan Honda. Tak sebatas mengembangkan produk, sejak 1991 Gajah Tunggal mengakuisisi tiga perusahaan. Pertama pada 1991, perusahaan dengan kode emiten GJTL tersebut mengambil alih GT Petrochem Industries, produsen kain ban tire cord/TC dan benang nilon. Berkat akuisisi ini, GTJL berhasil memproduksi ban radial untuk penumpang dan truk ringan di 1993. Tak lama berselang, GJTL mengakuisisi Langgeng Baja Pratama LBP yang merupakan produsen kawat baja pada 1995. Akuisisi terakhir terjadi pada 1996 terhadap Meshindo Alloy Wheel Corporation, produsen velg aluminium terbesar kedua di Indonesia. Di tahun yang sama, GT Petrochem, anak perusahaan GJTL, memperluas lingkup operasi perusahaan dengan memproduksi karet sintetis, etilen glikol, benang serta serat polyester. Produsen ban ini juga ingin memperluas produknya agar bisa dipakai di pasar internasional. Untuk itu pada 2001, GJTL membuat perjanjian produksi dengan Nokian Tyres Group, perusahaan manufaktur ban di Finlandia. Hasil dari perjanjian ini yakni produksi beberapa ban mobil penumpang, termasuk ban musim dingin yang dipasarkan secara global. Bisnis Gajah Tunggal juga berhasil melewati krisis ekonomi Asia usai sempat mengalami kesulitan di 2002. Saat itu, GJTL melakukan restrukturisasi untuk menurunkan beban utangnya dan mengonversinya menjadi Surat Berharga Pasar Uang Floating Rate Notes/FRN. Sukses melalui krisis ekonomi, pada 2010 Gajah Tunggal meluncurkan Champiro Eco, ban Indonesia pertama yang ramah lingkungan. Sjamsul Nursalim TEMPO/ Bernard Chaniago Saham GJTL Koleksi Lo Kheng Hong Setelah sukses dengan diversifikasi produk ban, Gajah Tunggal melantai di Bursa Efek Indonesia pada Mei 1990. Perusahaan tersebut melego 20 juta lembar saham dengan harga penawaran perdana Rp per lembar saham. Alhasil, dari aksi korporasi tersebut, GJTL berhasil mengantongi dana segar Rp 110 miliar. Lebih dari tiga dasawarsa berada di bursa Tanah Air, per Rabu 17/11 saham GJTL bertengger di level Rp 705 per saham. Melansir RTI, dalam enam bulan terakhir saham produsen ban tersebut bergerak di zona merah alias sudah terkoreksi 22,1 %. Namun, jika merunut setahun terakhir harga saham GJTL masih tumbuh 54,6 %. Investor kawakan Lo Kheng Hong tercatat ikut mengoleksi saham GJTL sejak Januari 2021 hingga Oktober 2021, berdasarkan keterbukaan informasi BEI. Komposisi kepemilikannya meningkat, dari awal tahun sekitar 5,06 % atau sekitar 176,48 juta lembar saham, menjadi 5,1 % atau 178,01 juta lembar saham per Oktober 2021. Adapun kepemilikan saham terbanyak dikuasai Denham PTE Ltd yakni 49,5% atau setara 1,72 miliar lembar saham. Perusahaan yang berdomisili di Singapura tersebut menjadi pemegang saham pengendali Gajah Tunggal per Oktober 2021. Hingga sekarang, GJTL sudah memiliki lima anak perusahaan dengan jenis usaha beraga. Pertama ada PT Polychem Indonesia yang berdiri sejak 1986 dan memproduksi Etilen Glikol untuk kemudian diolah menjadi polyester. Kedua, PT Filamendo Sakti yang berdiri sejak 1988 dan memproduksi benang kain ban nilon nylon filament. Anak usaha Gajah Tunggal ketiga, yakni PT Prima Sentra Megah yang merupakan distributor kain ban dan karet sintetis SBR dan sudah berdiri sejak tahun 2000. Keempat, PT IRC Gajah Tunggal Manufacturing Indonesia yang berfokus pada produksi berbagai ban motor sejak 2018. Kelima, PT Speedwork Solusi Utama yang paling baru, berdiri tahun 2019 dan berfokus pada distribusi melalui e-commerce. Sejarah Gajah Tunggal tak lepas dari sentuhan taipan Sjamsul Nursalim, yang sedang tersangkut kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia BLBI. Pria dengan nama asli Liem Tjoen Ho/Lim Tek Siong itu lahir di Lampung pada 1942, dan menjabat sebagai Direktur Utama Gajah Tunggal pada 1951. Selain itu, Sjamsul juga sempat menjabat sebagai anggota direksi cat Kansai pada 1980-an. Dia juga menjadi pemegang saham pengendali Bank Dagang Nasional Indonesia BDNI di Medan. Saat menjabat posisi tersebut, dia dituduh menggunakan uang negara Rp 4,58 triliun melalui fasilitas BLBI. Kini Sjamsul bermukim di Singapura bersama istrinya. Dia juga beberapa kali dipanggil KPK, namun belum pernah memenuhi panggilan. Sebelumnya, Sjamsul dikenal sebagai taipan yang sempat masuk daftar orang terkaya ke- 36 di Indonesia menurut majalah Forbes 2018. Kekayaan totalnya sebesar US$ 810 juta. Kemudian, pada 2020, Forbes mencatatkan kekayaan Sjamsul sebesar US$ 755 juta atau setara Rp 11,25 triliun. Saat ini, Sjamsul juga mengantongi 51 % kepemilikan saham di perusahaan ritel di Indonesia, PT Mitra Adiperkasa Tbk alias MAP. Perusahaan tersebut merupakan pemegang hak penjualan beberapa merek terkenal seperti Zara, Starbucks, Sogo, dan Reebok. Bahkan, perusahaan ini memiliki lebih dari ritel yang tersebar di seluruh Indonesia, dengan lebih dari 150 merek terkenal. We are the largest integrated tire manufacturer in Southeast Asia, produces and distribute high quality tires for passenger car, SUV's, commercial, off-the-road, industrial and motorcycles. We also manufacture and distribute other rubber related products such as synthetic rubber, tire cords, inner tube, flap, o-ring and more. Jakarta Ban menjadi kelengkapan yang sangat penting pada sebuah kendaraan. Komponen kendaraan yang terbuat dari karet dan biasanya berwarna hitam ini merupakan peranti yang menutupi velg roda. Ban berguna untuk melindungi roda dari kerusakan, mengurangi getaran yang disebabkan permukaan jalan yang tidak rata, serta memberikan kestabilan antara kendaraan dan permukaan yang dilalui oleh kendaraan. Profil PT SOS, Perusahaan Alih Daya Terbesar di Indonesia Profil PT Petrokimia Gresik, Sejarah, Manajemen, dan Prestasi Profil PT Ultra Prima Abadi, Sejarah, Produk, dan Prestasi Ban juga memiliki fungsi sebagai peningkat percepatan dan mempermudah pergerakan kendaraan. Salah satu produsen ban yang cukup terkenal dari Indonesia adalah PT Gajah Tunggal. Kualitas produk ban yang dihasilkan PT Gajah Tunggal bahkan tersohor hingga negara-negara lain di Asia Tenggara. Selain memproduksi ban PT Gajah Tunggal juga memproduksi barang yang berbahan dasar karet lain seperti karet sintetis, benang ban, ban dalam, dan lain-lain. Indonesia memang salah satu penghasil karet terbesar di dunia yang merupakan bahan utama pembuatan ban. Tidak heran bila banyak perusahaan ban berkualitas berasal dari Indonesia. Berikut ulasan tentang usaha PT Gajah Tunggal yang dirangkum dari berbagai sumber, Rabu 14/12/2022.Ban dan Velg sangat berpengaruh untuk penampilan sebuah kendaraan. Berikut ini cara memilih ban dan velg yang satu kegiatan PT Gajah Tunggal di mudik Lebaran istimewaPT Gajah Tunggal atau GT memulai perjalanan usahanya pada 1951 dengan memproduksi ban mendistribusikan ban luar dan ban dalam untuk sepeda. Perusahaan ini konsisten memproduksi ban sepedah dengan kualitas yang baik, namanya mulai dikenal ke seluruh penjuru Indonesia. Dua puluh tahun kemudian PT Gajah Tunggal mulai merambah ke ban untuk kendaraan bermotor. Perusahaan ini menandatangani kontrak kerja sama dengan Inoue Rubber Company atau IRC yang berasal dari Jepang pada 1971. Di tahun yang sama GT meluncurkan produk ban luar untuk sepeda motor. Kualitas produk yang semakin diakui mendorong GT untuk mengembangkan jenis produknya. GT mulai memproduksi ban bias yang diperuntukan untuk kendaraan niaga pada 1981. Produk ini dibuat dengan bantuan teknik dari Yokohama Rubber Comapy dari Jepang. Melihat kesempatan pasar yang menjanjikan, PT Gajah Tunggal merasa membutuhkan modal yang lebih besar untuk mengembangkan usahanya. GT kemudian mendaftarkan diri di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya pada 1990. Namanya kemudian menjadi PT Gajah Tunggal Tbk. Benar saja setelah melantai di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya, bisnis PT Gajah Tunggal semakin berkembang. Bahkan setahun kemudian, perusahaan ini mengakuisisi PT GT Petrochem Industries, sebuah produsen kain ban dan benang nilon. GT kembali mengembangkan produknya dengan memproduksi ban radial yang diperuntukan untuk mobil dan truk ringan pada PT Gajah TunggalPT Gajah Tunggal Tbk berambisi untuk mendongkrak penjualan di tahun 1995, GT kembali mengakuisisi perusahaan lain yaitu PT Langgeng Baja Pratama, sebuah produsen kawat baja. Berlanjut pada tahun 1996, GT mengakuisisi PT Meshindo Alloy Wheel, produsen velg berbahan aluminium terbesar kedua di Indonesia. Sementara itu, PT GT Petrochem Industries, perusahaan pertama yang diakuisisi oleh GT, mulai memproduksi karet sintetis, etilen glikol, benang polyester, dan serat poliester. GT kembali menandatangani kontrak kerjasama dengan Nokian Tyres Group, perusahaan manufaktur ban asal Finlandia, untuk memproduksi beberapa jenis ban mobil penumpang pada 2001. Ban yang diproduksi termasuk ban untuk medan bersalju yang di jual di luar Indonesia. Sempat terjadi restrukturisasi di dalam PT Gajah Tunggal akibat krisis moneter yang terjadi pada 1998. Namun proses restrukturisasi ini sudah mulai diselesaikan pada 2002, sehingga utang perusahaan turun lebih dari US$ 200 juta dan utang ke FRN juga dikonversi. Dua tahun kemudian GT resmi menyelesaikan proses restrukturisasi, dengan dipisahnya laporan keuangan perusahaan ini dan PT GT Petrochem Industries. GT kemudian mengakuisisi aset Tire Cord TC dan Styrene Butadiene Rubber SBR milik PT GT Petrochem Industries di tahun yang sama. Perusahaan ini pun mendivestasi PT Langgeng Baja Pratama dan meneken perjanjian dengan Michelin, di mana perusahaan ini akan memproduksi ban bermerek Michelin untuk diekspor ke luar Indonesia. Pada tahun 2005, perusahaan ini mendivestasi PT Meshindo Alloy Wheel. Selain itu GT juga menerbitkan dana obligasi senilai 325 juta Dolar AS. Dana hasil obligasi digunakan untuk membeli kembali sejumlah wesel bayar dan untuk membiayai ekspansi perusahaan. PT Gajah Tunggal meluncurkan Champiro Eco, ban buatan Indonesia pertama yang ramah lingkungan. Peluncuran produk ini dihadiri oleh Mentri Perdagangan, Mari Pengestu. Setahun kemudian GT berhasil mengekspor 10 juta ban radial dan menjapai lebih dari 10 triliun hasil penjualan bersih. Kebutuhan produksi yang meningkat mendorong GT untuk membeli sebidang tanah di Karawang pada 2012. Lahan ini kemudian dimanfaatkan sebagai silitas pengujian dan lokasi ekspansi bisnis di masa depan. Pada 2014, dibangun pabrik khusus untuk memproduksi ban radial truk dan bus. Pada tahun 2016, diluncurkan ban Giti TBR dan meresmikan fasilitas pengujian di Karawang. Pada tahun 2018, bersama IRC, perusahaan ini mendirikan PT IRC Gajah Tunggal Manufacturing Indonesia untuk memproduksi ban sepeda motor berperforma tinggi. * Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan. PT Gajah Tunggal GT yang didirikan sejak tahun 1981 dikenal sebagai produsen ban terintegrasi. Selain memiliki pabrik ban sendiri, juga memiliki pabrik yang memproduksi materialnya. Saat ini pabrik di Tangerang dengan luas 250 hektare ha, diperkuat oleh karyawan. “Pasar kami saat ini sudah menembus ke seluruh benua, 76 pelanggan di seluruh dunia sudah percaya pada kami. Sekitar 120 juta ban sudah diekspor oleh GT sejak 1980-an hingga kini, tahun 1983 merupakan awal ekspor kami,” jelas William Gozali, GM Sales Expor, PT Gajah Tunggal kepada Herning Banirestu. Tahun 1983 merupakan awal ekspor GT, mereka melayani permintaan pasar Timur Tengah, untuk ban khusus terutama ban untuk kendaraan komersial seperti truk. Tahun 1992 pihaknya mulai ekspor ban mobil dan mulai tahun ini ekspor ban motor. Tahun 2011 ekspor GT 11 juta ban dengan nilai Rp 4 triliun. Karena adanya krisis Eropa dan Amerika yang merupakan dua market terbesar GT, memang ada penurunan jumlah ekspor namun secara nilai ekspor tetap bisa dijaga. “Market share di Asia, Afrika, Timur Tengah bisa kami jaga diatas 20%. Yang merupakan pasar emerging, Contoh di Srilanka 24% pangsa pasar, Yaman hampir 30%, Filipina 21%,” tegasnya. Pasar yang digarap, memang mengalami tantangan karena ekspor dipengaruhi kondisi guncangan ekonomi dunia, sehingga pada 2012 GT pun ikut terguncang. Apalagi lebih dari 60% ekspor GT ditujukan ke Amerka dan Eropa. Dengan kondisi tersebut, diatasi GT dengan menggarap pasar lain di luar Amerika dan Eropa, ternyata bisa mencapai pertumbuhan menarik seperti Asia, Amerika Latin kala itu masih ada ruang untuk tumbuh juga. Untuk distribusi ke berbagai negara, GT bekerjasama dengan beberapa importir di berbagai negara. “Kami deal langsung dengan importir, kami tidak punya anak usaha untuk menggarap ekspor ini. Rata-rata hubungan dengan importir kami itu sudah diatas 10 tahunan, jadi mereka cukup loyal juga. Kami dukung juga dengan berbagai training dan layanan lain untuk itu,” jelasnya. Sejak menurunnya pasar karena krisis global pada 2012, pihaknya mulai menggarap pasar khusus pabrik. Tahun itu pabrik mobil yang pertama dipasok adalah Pabrik mobil Proton, Malaysia untuk dua model mobilnya. Juga memasok ban untuk mobil Mitzubishi Strada Triton, Thailand di tahun yang sama. Tahun ini pihaknya sedang mengembangkan untuk bisa juga memasok ban untuk pabrik Suzuki dan Daihatsu. “Reputasi kami kuatnya di produk ban truk, kami punya produk ban baru TBR truck bus radial, yang mulai diekspor ke Volvo Group untuk truk mereka yang diproduksi di Thailand,” katanya. Di Indonesia GT sangat kuat, ban mobil nomor tiga terbesar sebagai merek lokal. Dengan dasar ini pihaknya terus mengembangkan ke pasar global. Dengan mengembangkan pasar ke luar negeri merupakan upaya menjaga brand equity juga. Ini menjaga awareness merek GT. “Kami pasang billboard di Saudi Arabia, Srilanka, Lebanon, dan Malaysia. Juga membuat website, online marketing, social media activity. Kami juga membuat joint promotion dengan importir GT, untuk membuat ritel konsep dengan nama GT Radial Performance Center. Memfokuskan nama GT Radial dengan langkah ini,” imbuhnya. GT juga menjadi sponsor ekspedisi dari Jakarta ke Roma sepanjang 23 ribu km yang dijelajahi, juga menjadi sponsor di AFF Cup. “Kami juga mengikuti show di Accent pada tyre show yang diadakan dua tahun sekali di sana, untuk mengembangkan pasar dan memperkuat merek GT,” katanya. Saat ini GT bisa dibilang sudah memenuhi sertifikasi internasional, walau banyak syarat yang harus dipenuhi. “Kami punya kekuatan R&D, sehingga upaya sertifikasi itu bisa dicapai hasil bagus,” katanya. Ini juga bagian untuk menjawab permintaan pasar. Pihaknya sedang membangun proving ground terbesar di Asia Tenggara seluas 65 ha, yang tahap satu dan tahap dua akan selesai tahun depan. Diharapkan dengan itu makin menambah kepercayaan internasional. Politeknik yang dimiliki GT adalah upaya mereka dalam mendapat SDM terbaik, karena faktor manusia dipandang sebagai hal terpenting dalam kemajuan bisnis. Ketika pertama kali berdiri merek yang digunakan Gajah Tunggal, tapi seiiring perjalanan waktu karena diversifikasi produk, ternyata merek Gajah Tunggal sulit dibaca oleh konsumen terutama yang orang asing. “Akhirnya jadi sebutan yang aneh, lalu dicari solusi yang konsumen asing mudah mengingat, dengan membangun merek GT Radial,” ujarnya. Di ban menurut William ada tiga segmen yaitu premium, value, dan budget. Ban premium kebanyakan dipersepsikan ban-ban produksi Eropa. Ban di segmen budget banyak dipersepsikan pada ban produksi Cina. “Kami memilih berada di ban dengan segmen value. Banyak konsumen sebagai komponen penting dalam mobil, mereka memperlakukan ban sebagai distress product, setelah botak baru ganti,” katanya. Lalu bagaimana membangun merek dengan kondisi tersebut? GT melakukannya dengan visual marketing, melalui iklan dan website. Mengapa website? Karena di berbagai negara website sangat banyak dikunjungi. “Setelah masuk ke pasar internasional, berarti merek kita diakui,” tegasnya. Untuk CRM, diatur seberapa cepat dari order hingga pengiriman barang. Training dilakukan juga oleh GT dengan semua partner penjualannya di luar negeri, seperti sales training, product training, up date manajemen dan sebagainya. Itu semua dibawah GT Radial Performance Center yaitu bagian dari pengembangan nilai merek ban mereka. “Ini bagian kami dalam melakukan bonding dengan buyer, memang ada beberapa kendala, seperti pasar yang masih tradisional di Afrika dan Libya, yang tidak mau mengikuti penjualan seperti dibangun GT Radial, mereka maunya jualan biasa saja. Kami coba ikuti, baru perlahan mengajak lebih modern,” jelasnya. Memang agak sulit awalnya dari trader menjadi brand owner. Untuk mendukung ini ada kantor representasi dan orang di sana yaitu Amerika dan Eropa. Mereka ini memahami bahasa dan kultur setempat, terutama Eropa yang beragam. “Ban yang kami ekspor itu hanya ban mobil dan truk, kalau ban motor untuk memenuhi kebutuhan lokal saja masih kurang,” tegasnya. Seluruh bahan baku utama ban, yaitu karet diambil dari hasil perkebunan karet lokal. Kekuatan GT menurut William, untuk pasar ekspor pada R&D produknya. Kompetisi yang sangat kencang mendorong GT memenuhi produk yang diminta oleh pasar pasar untuk produsen mobil dan umum, itu semua dijawab melalui R&D. “Mulai dari karakter pasar di sana, karakter jalanannya bagaimana dan jenis kendaraannya. Mobil itu ibarat sepatu, harus pas ukuran dan bentuknya,” katanya. GT menurut William tidak membuat ban yang sesuai dengan kondisi pasar. Menurutnya ada pemain yang membuat ban, one size fit all, hal itu tidak mereka lakukan, karena tidak tiap negara bisa menerima jenis ban tersebut. “Ekspor kami saat ini 40% dari total produksi,” ujar pria yang sudah 11 tahun di divisi ekspor dan di GT. Tiap tahun rata-rata pertumbuhan pasarnya sekitar satu kali lipat terutama dari 2011 ke 2012. Kesulitan memasok ke pabrikan di luar negeri, menurut William karena tiap pabrikan biasanya punya pabrik ban sendiri, atau seringnya jika pabrik anjlok penjualannya, maka pemasokan ban ke sana ikut menurun. “Selama kami bisa masuk ke pabrikan, berarti kami sudah memenuhi standar tertentu yang diminta pabrikan tersebut. Konsumen biasanya tidak mau pusing, akan menggunakan ban yang sudah dibawa mobilnya,” jelasnya tentang keunggulan masuk ke pabrikan. Dan bagi konsumen di luar pun akan melihat jika GT ada di merek mobil tertentu, apalagi di merek yang besar, mereka akan mencoba membeli untuk digunakan di mobilnya. Customer di luar negeri mereka anggap sebagai partner. “Kami anggap hubungannya seperti hubungan suami istri, bukan pacaran, jadi ada komitmen,” tegasnya. Dengan komitmen jangka panjang pada partner, ia yakini mereka bisa menjaganya seperti merek sendiri, karena dijadikan merek sebagai milik bersama. Target tahun depan, dijawab William, tiap tahun ia berharap bisa terus meningkat. “Tahun ini kami tidak bisa menebak, karena kondisi ekonomi dunia. Customer kondisinya juga mengalami depresiasi, barang jadi mahal, jadi partner juga berat,” imbuhnya. Masih belum stabilnya kondisi ekonomi di Amerika dan Eropa, dirasakan berat untuk diprediksi. Untuk itulah pihaknya sudah mulai serius mengelola pasar lain seperti Brasil, Rusia, India, Cina dan Afrika Selatan. Kecuali Cina, kurensi negara tujuan tersebut cukup berdampak akibat kondisi ekonomi dunia juga. Namun kondisinya jauh lebih bagus dibanding Amerika dan Eropa. Tapi GT merasakan India ada kesulitan sendiri terutama pada sisi perizinannya yang menurutnya tidak jelas apa yang harus dipenuhi. “Tim ekspor kami ada 7 orang, yang menjual di 76 negara untuk pasar ekspor. Seluruh negara yang dikelola dibagi menjadi lima region, yang rata-rata ada 10 hingga 11 negara. Jadi ada orang yang di sana, ada juga yang di sini yang kelola,” jelasnya. Namun William terus keliling mengontrol pasar ekspornya. Untuk pasar ekspor, William menuturkan memang pada tujuan akhir GT akan makin fokus di sini. “Dengan kondisi Amerika dan Eropa yang lesu saat ini, kami terus melakukan penetrasi ke negara-negara lain yang potensial,” ujarnya. Tahun 2010 kala mulai turun sudah mulai,mencari pasar ke negara lain, tapi memang tidak disangka kondisi sulitnya merembet hingga awal 2013. “Tahun 2012 Amerika membuka anti dumping pada produk Cina, itu membuat kami turun cukup signifikan,” katanya. Harga karet yang melorot pun membuat kondisi importir di negara lain mengalami kepanikan, dengan beli terus. Beruntung saat ini harga karet sudah mulai stabil. Tahun depan, pihaknya harus bersiap dengan banyak kejutan yang akan dihadapi. Maka itulah membangun kekuatan merek adalah jalan untuk produknya menjadi pilihan utama. Menurut William, Mesir sebenarnya pasar GT yang paling potensial, pembelian tinggi, namun kondisi politik di sana memang menyulitkan juga. Walau penjualan tidak menurun. Hanya saja pengiriman uang agak sulit karena tidaka ada US$r. “Kami harus menunggu mengumpulkan uang dulu, ya memang agak slowdown. Ini sama dengan kondisi Libya juga, kala ribut perang, kami sempat slowdown kirim, setelah tenang baru kirim lagi,” katanya. Syria adalah salah satu negara yang bagus penjualannya harus dihentikan karena kondisi politik yang buruk. ***

cara menjadi distributor ban gajah tunggal